PENDAHULUAN
Konfusianisme muncul dalam bentuk agama di
beberapa negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan RRC. Dalam bahasa
Tionghoa, agama Khonghucu seringkali disebut sebagai Kongjiao (孔教) atau Rujiao (儒教). Namun, secara hakikat sebenarnya isi agama Khonghucu
berbeda dengan Kongjiao atau Rujiao di negara-negara tersebut. Agama Khonghucu
di Indonesia merujuk kepada pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa yang
sebenarnya bukan merupakan suatu agama. Namun karena sebenarnya pemeluk
kepercayaan tradisional Tionghoa tidak dapat digolongkan ke salah satu agama
yang diakui di Indonesia, maka muncullah agama Khonghucu sebagai penaung
pemeluk kepercayaan tadi.[1]
Dalam
agama Kong Hu Cu istilah Tuhan disebut dengan Thian dan bukan Allah seperti
terdapat dalam agama Kristen dan Islam. Dalam kitab-kitab umat Kong Hu Cu
banyak membicarakan tentang Tuhan Yang Maha Esa atau yang disebut Thian. Thian
memiliki kekuasaan yang sangat luas, di luar batas kekuasaan manusia, begitu
pula dengan bimbingannya. Thian menciptakan segenap manusia dan melengkapinya
dengan segala sifatnya. Thian terkadang disebut mereka juga dengan Thien atau
Shang Ti.[2]
Hanya
kebijakan berkenan kepada THIAN, Tuhan Yang Maha Esa, tiada jarak jauh tidak
terjangkau, kesombongan mengundang bencana, kerendahan hati menerima berkat,
demikianlah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa sepanjang masa. Jalan suci itu satu tetapi menjalin, menembusi semuanya. Jalan suci
itu ialah Satya dan Tepasarira, Satya kepada firman Tuhan dan Tepasarira,
tenggang rasa, mencintai sesama dan lingkungan hidupnya. Firman Tuhan Yang Maha
Esa, dialah menjadi watak sejati manusia, hakekat kemanusiaan yang mendukung
harkat dan martabat manusia sehingga memiliki benih-benih kebijakan dan
kemampuan mengembangkannya. Bimbingan yang diturunkan THIAN agar manusia mampu
membina diri menempuh jalan suci itulah Agama. Laku bakti itulah pokok cinta
kasih, kebijakan, yang dari itu ajaran agama berkembang.
THIAN, Tuhan Yang
Maha Esa adalah yang maha sempurna, khalik semesta alam dengan segala
makhluknya, yang maha besar dengan segala sifat-sifat indah, meliputi, menjalin
semuanya, yang maha besar menciptakan keharmonisan, keselarasan, keserasian dan
keseimbangan, menjadikan segala pelaku memetik buah perbuatannya, yang maha
kuasa dengan firman dan hukum yang abadi, telah mengaruniakan benih kebajikan
yang hidup didalam diri manusia sehingga memiliki kemampuan mengembangkan
sifat-sifat cinta kasih, susila, kesadaran menjunjung kebenaran, keadilan,
kewajiban dan kebijaksanaan. Manusia wajib mengembangkan benih-benih kebajikan
mengamalkannya dalam hidup dan memuliakan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta
menjadikan dirinya insan yang dapat dipercaya sebagai makhluk yang Satya kepada
khaliknya dan sebagai saudara sejati kepada sesamanya.
Ajaran Agama
membimbing manusia menyadari akan makna dan tujuan hidupnya, ketentraman hati,
kesentosaan batin sehingga dapat berpikir benar, agar membimbing manusia
meneliti hakikat setiap perkara, mencukupkan pengetahuan mengimankan tekad,
meluruskan hati, membina diri, membereskan rumah tangga, mengabdi kepada
masyarakat negara dan dunia sebagai pernyataan Satya dan baktinya kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Inilah yang dimaksudkan Nabi Kongcu didalam sabda suci XVI,
“seorang Kuncu-Susilawan memuliakan tiga hal. Memuliakan firman Tuhan Yang Maha
Esa, memuliakan orang-orang besar dan memuliakan sabda para Nabi”. Dengan
melaksanakan jalan suci manusia yang dibimbing agama, dengan ridho Tuhan Yang
Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup pribadi, keluarga,
masyarakat, negara, dunia maupun akhirat. Bingcu bersabda, “seorang Kuncu
mempunyai tiga kesukaan:
1.
Ayah
bunda dalam keadaan sehat, kakak adik tiada perselisihan.
2.
Perbuatannya
menengadah tanpa malu kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunduk tanpa merah muka kepada
manusia.
3.
Mendapatkan
orang yang rajin dan pandai untuk dididik.[3]
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga:
Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah
Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar
dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan
beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya
seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku
suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun
orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat
untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau
memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang
akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus
dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang
bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan
bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta
(Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang
Di".[4]
Konfusianisme mementingkan akhlak
yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di
bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang
seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan
falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang
Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan
menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang
dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha
memperbaiki moral.
Ajaran ini dikembangkan oleh
muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu
disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia
sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu
telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya
perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
TEOLOGI AGAMA KONGHUCU
A.
Keimanan
Untuk mencapai keyakinan
yang benar, ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng
Chen Gui) yaitu :
1.
Percaya
bahwa Thian adalah awal alam semesta dengan segala isinya. (Cheng Xin Huang Tian).
2.
Percaya
bahwa kebajikan adalah penting dalam hidup manusia (Cheng Juen Jie De).
Kebajikan adalah kekuasaan dan kemuliaan Tuhan yang menjadi
pendorong kehidupan mulia dalam diri manusia. Hanya ada satu kebajikan saja
yaitu Su-king.
3.
Percaya
adanya Firman (Bing)/(Cheng Li Ming Ming), watak sejati dan hakekat hidup manusia. Anugerah Tuhan yang
terbesar kepada manusia. Tuhan memberi tempat berkembangnya kebajikan dalam
hati manusia. Karena Firman atau Bing lah maka manusia merasa bertanggungjawab
kepada Tuhan. Dengan watak sejati, manusia akan menuju ketingkatan luhur dan
mengamalkan kebajikan. Kebajikan ada lima (Ngo Siang) yaitu : Cinta kasih,
Menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, kewajiban susiala, Bijaksana dan
dapat dipercaya. Nilai dan harkat manusia dapat diukur dengan sejauh mana dia
sanggup melaksanakan dan mengamalkan kebajikan tertentu.
4.
Percaya
ada dua kekuatan hidup manusia yaitu Sien yang memungkinkan adanya hidup
ruhaniyah dan Kwie yang memungkinkan adanya kehidupan lahiriyah. Kehidupan Khie
adalah perkembangan Sien. Kehidupan Phik (jasad) adalah perkembangan kehidupan
Kwie (nyawa), atau (Cheng Zhi Gui Shen).
5.
Wajib
berbakti (Bakti : Hauw) kepada orang tua. Maka pendidikan palling awal adalah
pendidikan tentang bakti pada orangtua. Setelah manusia lahir, hubungan social
yang mula-mula terjalin adalah hubungannya dengan orangtua. Laku bakti ini
adalah dasar dari kebajikan. (Cheng Yang Xiao Shi)
6.
Konghucu
adalah Genta Ruhani (Bok Tok) yang menggugah hati dan pikiran manusia kepada
firman yang membimbing hidup luhur. (Cheng Shun Mu Duo)
7.
Berbuat
mengikuti watak sejati adalah menempuh jalan suci. (Cheng Qin Jing Shu)
B.
AJARAN
KONFUSIUS
Konfusius menghindari
membicarakan tentang hal-hal yang metafisis, dia tidak pernah berbicara tentang
keajaiban, kekuatan atau masalah ketuhanan. Namun walaupun demikian, konfusius
tetap percaya pada tuhan dan dia adalah seorang monotheis yang etis. Dia
menyatakan bahwa kehendak tuhan telah dibukakan untuknya dan oleh karena itu
misinya adalah membuat kehendak tersebut berlaku di dunia.
Konfusius percaya
bahwa dunia ini di bangun atas dasar-dasar moral. Jika masyarakat dan Negara
secara moral rusak, maka tatanan alam tersebut juga akan terganggu, sehingga
terjadilah perang, banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit dan sebagainya.
Konfusius memberi penghormatan yang tinggi terhadap manusia, dia percaya bahwa
seseorang itu asalnya adalah baik dan akan kembali kepada sifat yang baik. Dia
tidak memerlukan juru selamat, yang diperlukan manusia hanyalah guru yang
berbudi, dengan melakukan ajarannya dan menjadi contoh teladan bagi orang lain.
Dalam hal susila,
konfusius menekanlan perasaan berkawan atau timbal balik, rasa simpati dan
kerja sama, yang semua itu dimulai dari lingkungan keluarga kemudian sampai
kepada tingkat lingkungan yang lebih luas. Ada lima macam hubungan manusia yang sudah menjadi tradisi dalam
kehidupan orang-orang cina, yaitu:
1.
Hubungan
antara penguasa dengan warganegara
2.
Hubungan
ayah dengan anak laki-laki
3.
Hubungan
kakak laki-laki dengan adik laki-laki
4.
Hubungan
suami dengan istri
5.
Hubungan
teman dengan teman
Konfusius melihat
bahwa timbulnya kekacauan-kekacauan itu dikarenakan tidak seimbangnya hubungan-hubungan
tersebut diatas. Menurut konfusius, kebajikan yang harus ditanamkan diatas
semuanya adalah sifat membesarkan hati manusia (jen). Aspek tersebut bertujuan
untuk mempertahankan cita-cita konfusius yang menyangkut penanaman hubungan
manusia dan menjunjung tinggi hak-hak manusia. Jen bias tercapai dengan
mencintai orang lain.
Konfusius
menginginkan kemajuan rakyat melalui “jalan peradaban yang benar”, yaitu
melalui kekuasaan pemerintahan yang baik, dengan mengambil seorang pemimpin
yang bias menjadi contoh yang baik bagi para warganegaranya. Dalam ajarannya
disebutkan bahwa satu-satunya tujuan Negara adalah untuk memajukan
kesejahteraan rakyat sesuai dengan aturan-aturan tuhan. Diantara pandangannya
adalah:
Bimbinglah rakyat dengan
aturan-aturan pemerintah dan periksalah dan aturlah mereka dengan ancaman
hukuman, dan rakyat akan berusaha untuk tinggal diluar penjara, tetapi tidak
mempunyai perasaan hormat atau malu. Bimbinglah rakyat dengan kebijaksanaan atau
periksalah atau aturlah mereka dengan aturan-aturan tentang kesopanan, dan
rakyat akan mempunyai perasaan hormat dan menghormati. ( Analekta 2:3 )[6]
C.
Dasar
Ajaran Konghucu
Dasar ajaran Konghucu adalah Ngo-Siang yaitu :
1.
Jin : cinta kasih
2.
Gi : kebenaran
3.
Lee : kesusilaan
4.
Ti : kebijaksanaan
5.
Sin : dapat dipercaya
Jin dan Lee sangat
erat kaitannya. Diantara maksud cinta kasih disini adalah menempatkan diri
dalalm batas-batas kesusilaan dan hanya yang bersangkutan sendirilah yang dapat
mengembangkannya. Kesusilaan mempunyai arti yang sangat luas dan dapat
disimpulkan sebagai sopan santun hidup, meliputi seluruh aspek pergaulan hidup
manusia. Kebenaran sangat erat kaitannya dengan kebijaksanaan.
D.
Ajaran
Spiritual
Ajaran spiritual
konghucu adalah Tiong (setia) dan Si (tenggang menenggang). Tiang adalah
melaksanakan tugas sepenuh hati dan sepenuh tenaga; Si tidak melakukan
perbuatan terhadap orang lain yang dirinya sender tidak mau diperlakukan
perbuatan semacam itu.
E.
Ajaran
Delapan Kebijakan
Ajaran ini
meliputi Hauw (tindak laku baik), Tee (rendah hati), Tiong (setia), Sin (dapat
dipercaya), Lee (kesusilaan), Gi (keadilan, kebenaran dan kewajiban), Lhian
(suci hati), dan Thi (tahu malu).
F.
Ajaran
Sembilan Kebijakan
1.
Keramah
tamahan disertai dengan kewajiban.
2.
Kelemah
lembutan disertai dengan kebulatan hati.
3.
Kejujuran
disertai dengan sikap hormat.
4.
Kecakapan
pemimpin disertai dengan kewaspadaan.
5.
Kepatuhan
disertai dengan keberanian.
6.
Ketulusan
hati disertai dengan sopan santun.
7.
Kesederhanaan
disertai dengan kesucian.
8.
Kekerasan
hati disertai dengan ketulusan.
9.
Kepercayaan
disertai dengan kebenaran.
G.
Ajaran
Lima Hubungan Kemasyarakatan
1.
Pemimpin
dan pembantu (Kun Sien)
2.
Orangtau
dan anak (Hu Cu)
3.
Suami
dan isteri (Hu Hu)
4.
Kakak
dan adik (Hing Tee)
5.
Kawan
dan sahabat (Ping Yu)
H.
Ajaran
Tentang Tengah-tengah Tepat
1.
Pimpinan
hendaknya sebagai pemimpin (Kun Kun)
2.
Pembantu
hendaknya sebagai pembantu (Sien Sien)
3.
Ayah
hendaknya sebagai ayah (Hu Hu)
4.
Anak
hendaklah sebagai anak (Cu Cu)[7]
KEIMPULAN
Dalam
agama Kong Hu Cu Hanya kebijakan berkenan kepada THIAN, Tuhan Yang Maha Esa,
tiada jarak jauh tidak terjangkau, kesombongan mengundang bencana, kerendahan
hati menerima berkat, demikianlah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa sepanjang
masa.
Delapan Pengakuan Iman (Ba
Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung
Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan
Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman Percaya
adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk
Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti
Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan
Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh
Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
DAFTARA PUSTAKA
Drs. Jirhaniddin
M.Ag. Perbandingan Agama. Pengantar memahami agama-agama. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta. 2010
DR.H.M.Qasim M, sejarah,teologi
dan etika agama-agama. Pustaka Pelajar: Yogyakarta 2003.
Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama. Perbandingan Agama. Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam. Jakarta : 1981.
http.edukasi.
agama konghucu. Akses selasa 13 maret 2012
Romdhon (et.all). Agama-agama
di Dunia. IAIN Sunan Kalijaga Press.Yogyakarta:1988.
[1]
http.edukasi. agama konghucu. Akses selasa 13 maret 2012
[2] Drs. Jirhaniddin M.Ag. Perbandingan Agama.
Pengantar memahami agama-agama. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. halm
130
[3]
DR.H.M.Qasim M, sejarah,teologi dan etika agama-agama. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta 2003, halm179-182
[4] http.edukasi.
agama konghucu.
[5]
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama. Perbandingan Agama. Direktorat
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Jakarta : 1981 hal 113-114.
[6] Romdhon
(et.all). Agama-agama di Dunia. IAIN Sunan Kalijaga
Press.Yogyakarta:1988.
[7]
Op.cit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar